Saya kena kanker payudara

Senin, 02 Februari 2009

8 Januari 2008

Sungguh tidak menyangka kalau ini bisa menimpa diriku. Dokter telah memvonisku terkena kanker Payudara di usia 29 tahun.

Sebenarnya benjolan di payudara kananku sudah lama ada. Aku menyadarinya pada bulan April 2007. Aku sampaikan hal itu pada suamiku.

Awalnya kami bingung kemana kami harus periksa. Dengan mempertimbangkan waktu dan jarak, akhirnya kami memeriksakan diri ke RS Kanker di Jakarta. Waktu itu kami mengambil paket deteksi dini kanker untuk memastikan bahaya atau tidaknya benjolan tersebut.

Tahap-tahap pemeriksaan saya lalui. Dokter mengajarkan cara SADARI (periksa payudara sendiri) dan saya dianjurkan untuk melakukan USG. Menimbang usiaku pada waktu itu yang masih kurang dari 30 tahun, dokter tidak melakukan mammografi.

Dokter USG menyatakan benjolan pada payudara kananku adalah kelenjar susu dan hal itu tidak berbahaya.
Mengetahui hasil pemeriksaan deteksi dini tidak membahayakan, membuat aku sekeluarga merasa tenang dan kurang memperhatikan perkembangan benjolan tersebut.

Perhatian beralih karena pada bulan Mei putraku terserang tifus dan dirawat 6 hari di RS. Pada bulan Agustus aku operasi gigi bungsu kiri bawah dan penyembuhannya cukup lama. Bulan Oktober, putraku operasi Hernia.

Lama-lama aku merasa benjolan di payudara kananku makin membesar dan mulai terasa sakit. Karena pada bulan Desember aku telah didaftarkan ujian CISA dan aku berharap bisa ujian dulu, maka kami menunda pemeriksaan mamografi hingga selesai ujian.

Akhirnya Senin, 17 Desember 2007, bersama suamiku, sepulang dari kantor, kami memutuskan untuk melakukan mammografi di Lab yang baru dibuka di Kebon Jeruk. Ternyata Lab tersebut tidak bisa dilakukan mammografi karena mesinnya sedang ada perbaikan. Langsung saja, kami ke RS di Kebon Jeruk.

Sesampainya disana, kami langsung ke bagian radiologi. Ternyata harus ada surat rujukan dari dokter. Kami mencoba ke spesialis payudara dan ternyata sudah tutup.

Daripada menunda lagi, akhirnya kami langsung ke dokter bedah yang sudah kami kenal disana. Setelah Dokter memeriksa benjolan pada payudara kananku, dokter curiga bahwa benjolan tersebut adalah kanker. Perasaanku sangat kalut pada waktu itu. Badan rasanya lemas. Aku pikir benjolan tersebut adalah Tumor jinak. Dokter menganjurkan aku harus berhati-hati karena menurut pengalamannya dalam memeriksa payudara, benjolan seperti itu bukan tumor tapi cenderung ke arah kanker.

http://www.madisonradiologists.com/Images/ContentPics/SvcMammography_Mammogram_normal.jpg

Hari itu juga aku diminta untuk mammografi dan cek darah. Hasil Mammografi menunjukkan ada mass sebesar telur ayam kampung pada payudara kanan, suspect malignancy (kanker), dan dicurigai ada metastasis ke kelenjar getah bening kanan.
Aku dan keluarga cukup kaget dengan hasil pemeriksaan tersebut. Karena pada pemeriksaan bulan April lalu tidak menunjukkan hasil yang membahayakan.

Sambil menunggu hasil lab, kami mencoba mencari second opinion. Esoknya, aku ditemani orangtuaku memeriksakan diri ke RS Kanker, tempat kami periksa april lalu. Melihat hasil mammografi, dokter agak kaget. Aku menunjukkan hasil pemeriksaan april lalu. Entah apakah untuk menenangkan diriku atau apa, dokter mengatakan bahwa beliau beranggapan benjolan tersebut adalah infeksi. Dokter memberikan aku resep untuk mengobati infeksi tersebut. Jika dalam dua minggu, benjolan tidak mengecil, maka akan dilakukan biopsi pada tanggal 4 Januari. Dokter memberi resep 2 macam obat, Inflamin dan satu lagi aku lupa namanya, yang total harganya hampir Rp. 500.000,-

Setelah sampai di rumah, perasaan masih bimbang dan ragu. Dalam hati bertanya apakah betul ini hanya infeksi, apakah menunggu 2 minggu itu tidak terlalu lama. Orangtuaku terus menanyakan RS mana yang akan kupilih. Karena bimbang, siang itu aku sholat istikharah. Aku akan minum obat itu dulu, pikirku. Sorenya perasaan bimbang muncul lagi, setelah sholat ashar dan istikharah, akhirnya aku putuskan untuk mencoba kembali ke dokter bedah.

Dokter bedah tersebut memeriksa hasil mammografi dan hasil Lab. Menurut dokter, benjolan tersebut bukan infeksi karena hasil cek darah tidak menunjukkan adanya infeksi. Dokter mengatakan tidak ada jalan lain, harus operasi. Pada saat operasi akan dilakukan biopsi, detik itu juga akan diperiksa ganas tidaknya benjolan pada payudaraku. Jika jinak, dokter hanya akan mengambil benjolan di payudara dan di Kelenjar getah bening. Namun jika tidak, maka akan dilakukan pengangkatan payudara kananku (mastectomy). Aku pasrah, mungkin ini jalan terbaik yang sudah diatur Allah untukku. Aku tetap bersyukur karena Allah telah menunjukkan jalan terbaik untuk penyembuhanku.

Sore itu juga aku diminta foto thorax dan malamnya aku sudah menginap di RS untuk persiapan operasi besok. Satu jam sebelum operasi aku di USG abdomen, hasilnya tidak ada kelainan. Rabu, 20 Desember 2007, jam 9.00, aku masuk ruang operasi. Sebelumnya aku sudah pernah operasi usus buntu dan caesar, namum belum pernah aku merasa setakut ini. Aku menguatkan diri, dalam hati berkata : Insyaallah aku bisa menjalani operasi ini dengan baik. Aku akan baik-baik saja.

Suster mengalami kesulitan ketika memasang jarum infus, sampai akhirnya dokter sendiri yang memasangkan infus. Ruang operasi terasa dingin. Datang seorang dokter, sambil mengatakan bahwa aku akan tertidur selama beberapa menit, dia segera memasukkan cairan melalui infus. Tidak sampai 1 menit aku sudah tidak sadarkan diri. Ketika siuman, aku merasakan kedingingan yang luar biasa. Mungkin setengah jam aku di ruang pemulihan. Aku pindah ke ruang perawatan. Saat itu aku belum tahu operasi yang dilakukan besar atau kecil. Aku memperhatikan ada perban rapat disekeliling bagian dada dan ada kantong darah untuk membuang cairan sisa operasi. Aku mulai menduga ini bukan operasi kecil.

Setelah sampai ke ruang perawatan, aku lihat jam menunjukkan jam 13.00. Ya Allah, ini operasi besar, berarti aku benar menderita kanker, dalam hatiku. Ada perasaan takut dan sedih pada waktu itu, pikiran macam-macam. Sampai aku tidak mau sendiri, aku selalu minta ditemani.

Berikut ini hasilnya :
Hasil histologi dan sitologi :
Operasi pengambilan benjolan :
Potong beku (VC)
Makroskopik :
1 buah jaringan uk ± 4x3, 8x2 cm, pada pembelahan keabu-abuan, permukaan rapuh tidak mengkilap, sebagian cetak.
Mikroskopik :
Carcinoma Mammae duktal invasif, grade 3. Tampak pula komponen DCIS (Duktal CA in situ) tipe solid, cribriform, mikropapiler.

Masectomy
Makroskopik :
Jaringan mastektomi uk ±15x9C3½cm, pembelahan tidak jelas lagi tumor, hanya bagian putih panat, serta ditemukan ± 10 buah jaringan KGB, terbesar uk ± 2x2 cm, sebagian cetak.
a. bagian-bagian putih/dasar sayatan
b. KGB

Mikroskopik :
Pada sediaan mastektomi tampak pula penyakit fibrokistik mammae dengan fokus DCIS (Ductal CA in situ).
Pada dasar sayatan ditemukan nodul carcinoma.
Kelenjar-kelenjar getah bening (10 buah) 1 yang besar bertanda benang mengandung metastasis. Satu lagi dari 9 KGB yang lain juga mengandung metastasis.

Karena pada hari ke-3 Hb-ku turun menjadi 7, dokter segera menganjurkan transfusi 2 kantong darah, yang dilakukan hingga malam hari. Esoknya Hbku naik menjadi 9.7, sehingga dokter mengijinkan aku pulang ke rumah.
Kondisiku waktu itu, untuk duduk saja rasanya lelah, kalau lama jantung jadi berdebar, kepala agak pusing.

Alhamdullah kondisiku sudah lebih baik, aku masih menunggu hasil patologi untuk menentukan jenis pengobatan berikutnya. Hingga kini, Aku masih membangun semangat, aku mau sembuh. Keluargaku masih sangat membutuhkanku.
Insyaallah aku akan lalui ujian ini dengan baik.

0 komentar: