Istighfar

Kamis, 25 Juni 2009

Saya ingin share pengalaman dan ilmu saat mengikuti prana. Saya harap sedikit catatan ini bermanfaat bagi saya juga teman-teman yang membacanya.

Pek Tjetjep, begitu beliau biasa dipanggil, adalah teman lama ayah saya. Saya sangat bersyukur karena Allah mempertemukan saya dengan beliau. Melalui beliau saya mendapat extra 'charge spiritual'.

Kunci pentingnya adalah bagaimana caranya supaya kita selalu merasa yakin keberadaan Allah. Tentu, supaya tidak terlintas pikiran 'why me' saat kita ditimpa suatu musibah.

Hal yang perlu dilakukan adalah
Pertama : Istighfar
Kadang "it's hard to say I'm sorry". Mengapa? Karena kita merasa tidak bersalah. Maka langkah awal yang dilakukan adalah napak tilas kehidupan. Cobalah mengingat dan membayangkan segala yang terjadi semenjak kecil.

1. Pernahkan selama ini kita mengabaikan perintah-Nya, melanggar larangan-Nya ?

Bayangkan dari peristiwa sehari-hari misalnya sholat. Apakah selama ini sholat kita sudah sempurna, sehingga saat sholat benar-benar 'menghadap' Allah? atau sholat hanya sebagai kewajiban karena kita takut neraka?

Bayangkan berapa kali kita 'lupa' pada Allah. Saat meninggalkan perintahnya, saat melanggar larangannya, apakah saat itu kita mengingat Allah ?
Jika kini kita menyadarinya, cobalah untuk Istighfar kepada Allah.

2. Pernahkan sengaja atau tidak kita menyakiti orang lain, terutama kedua orang tua kita?
Saya mencoba mengingat dan membayangkan betapa sabarnya kedua orang tua saya 'membesarkan' saya sejak lahir hingga kini. Mengingat apa yang pernah terjadi
selama ini, yang mungkin tanpa sengaja telah 'menyakiti' perasaan orang tua saya.
Ingat dan bayangkan, pernahkah kita menyakiti perasaan orang lain apapun alasannya?

Jika kita telah menyadarinya, cobalah minta maaf. Untuk langkah awal bayangkan bahwa kita sedang minta maaf dengan orang tersebut dan orang tersebut menerima maaf kita. Sehingga saat itu terasa ada kedamaian dan ketenangan batin.

3. Pernahkah kita merasa sakit hati bahkan menyimpan dendam pada orang lain?
Cobalah untuk memaafkan meski ini tidak mudah. Ingatlah Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang mau memaafkan, apakah kita makhluk-Nya yang 'kecil' ini pantas menyombongkan diri?
Cobalah untuk membayangkan, kita telah memaafkan mereka yang pernah berbuat salah dan ikhlaskankan dendam dan sakit hati yang pernah kita rasakan, gantilah dengan kasih sayang Allah, cahaya ilahi.

bersambung ...

Diketik di Rscm A108 04:30 am

Why me

Jumat, 19 Juni 2009

Saya ingin sedikit sharing ...

Kira2 satu setengah tahun lalu saat dokter memvonis saya Kanker stadium 3 grade 3. Bisa dibayangkan, badan saya lemas seketika, rasanya masa depan saya menjadi gelap. Saya cukup terpukul saat itu.

Butir-butir harapan dan semangat saya bangun sedikit demi sedikit. Saya mulai belajar arti kehidupan...

Ternyata ujian blm selesai. 8 Bulan setelah operasi mastektomi, saya harus menghadapi kenyataan bahwa kanker blm mau pergi bahkan menyebar ke kelenjar getah bening di leher.

Dokter yang melakukan kemo sudah menyerah, dia sendiri tidak berani membantu langkah selanjutnya.

Saat itu pun saya merasa "bingung" apa yang harus saya lakukan. Saya hanya mencoba mengikuti air mengalir.

Saya jalani radioterapi dan kemoterapi sesi 2. Hanya 1 siklus kemo ternyata membuat saya berbaring 18 hari di rumah sakit akibat diare hebat, radang usus, sariawan di seluruh mulut. Tidak ada yang saya pikirkan saat itu kecuali mencoba menerima. Dengan kondisi yang sebenarnya tidak memungkinkan, Alhamdulillah Allah masih mengijinkan saya menjadi tamu-Nya.

Pulang dari tanah suci, saya tidak berani kembali ke Dokter. Namun sebulan kemudian saya putuskan untuk periksa. PET Scan saya lakukan dan hasilnya sangat baik sehingga dokter memutuskan untuk menghentikan kemo sesi 2 dan memberi obat hormon.

Saya mulai membangun harapan, semangat. Sangat mudah bagi kita untuk membangun semangat saat kondisi dalam keadaan baik dan sehat. Saya mulai kembali kerja meski masih 1/2 hari.

Bulan April saya kembali memeriksa darah (ca 15.3) hasilnya cukup mengejutkan nilai kanker saya naik menjadi 37. Karena trauma kemo lalu membuat saya enggan segera kembali ke dokter kanker.

Saya memilih pengobatan herbal di BSD. Satu bulan menjadi Vegan ternyata tidak mencegah kanker tumbuh. Nilai kanker naik fantastis menjadi 66. Bersamaan dengan itu saya mengalami nyeri di panggul kaki kanan saya.

Karena sudah tidak tahan akan nyeri tulang tsb saya beranikan diri untuk melakukan bonescan guna memeriksa apakah ada penyebaran ke tulang.

Dalam hati saya sudah berniat untuk siap dan tegar. Tapi ternyata saat ibu saya menelpon dan mengabarkan hasil bonescan, saya kembali 'jatuh' dan terpukul. Kanker telah menyebar ke beberapa tulang dalam tubuh saya. Itulah jawaban rasa nyeri hebat yang rasakan belakangan ini.

Benak saya saat itu sangat kacau. Bahkan terlintas dipikiran saya "Why me?" Mengapa saya Ya Allah....

Ternyata saya tidak setegar yang dibayangkan...

Beberapa hari saya lalui dengan bingung, takut, gelisah dan resah. Saya ingin ikhlas ridha, tapi bagaimana caranya ? Prakteknya tidak semudah teori. Mulai membaca buku, mengikuti prana, saya bertemu beberapa orang yang memberi sedikit "pencerahan" terhadap batin saya.

Saya mencoba merenung, melakukan napak tilas kehidupan saya sejak saya lahir hingga kini.Tanpa saya sadari saya meneteskan air mata saat mengingat segala nikmat yang telah saya terima hingga kini. "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?"

Saya hanya bisa mohon ampunan-Nya. Tidaklah pantas bagi seorang Sari berpikir bahkan mengucap "Why me?"

Karena Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya dan tak pernah berhenti mencurahkan kasih sayang-Nya. Saya baru menyadari ini bagian dari kasih sayang Allah pada saya, Allah menghendaki kualitas hidup yang lebih baik untuk saya, untuk kebahagiaan yang sejati. Sayalah yang selama ini salah memaknainya.

Kini saya akan terus belajar dan belajar untuk menggapai cinta dan ridha-Nya.

Saat "dia" datang lagi

Senin, 01 Juni 2009

Akhir April lalu, aku merasa ada yang kurang nyaman terasa di tulang rusuk dada kanan. Benjolan di leher menjadi makin tampak dan agak nyeri. Terus terang ada perasaan khawatir kalau "dia" datang lagi. Sudah waktunya aku memeriksakan kembali ca 15.3.

Tanggal 25 April 2009, aku kembali memeriksakan kondisiku, cek darah rutin dan nilai kanker (CEA dan Ca 15.3). Hasilnya wuihh lebih mendebarkan daripada membuka hasil ujian sekolah.
HB-ku sudah normal bahkan sangat baik, begitu pula leukosit dan trombosit. Semua sangat baik kecuali nilai Ca 15.3 nilai naik menjadi keluar dari batas normal. Aku berusaha menenangkan diri meskipun itu tidak mudah.

Aku mendapat informasi dari sahabatku, katanya ada seorang dokter yang mendalami pengobatan herbal di BSD, banyak yang berhasil berobat disana. Aku mencari informasi di internet alamat jelas dokter tersebut. Saat itu rasanya jalanku sepertinya "diarahkan" kesana.
Kedua orang tuaku menemani berobat. Disana sudah banyak orang yang antri bahkan ada yang datang dari jam 5 pagi.

Tibalah giliranku masuk ke ruang periksa. Aku baru menjelaskan sedikit tentang riwayat penyakit dan pengobatan yang telah kujalani, dokter langsung menggunakan 2 antena yang mengarah ke tubuhku. Dengan menggunakan bantuan kedua antena itu, dia menggambar area yang "dideteksi" ada kanker. Luar biasa, dia tahu sebelum aku memberitahu lokasinya.

Yang mengejutkan menurut Dokter tersebut, kanker telah menyebar di beberapa area, di dada kanan, lengan kanan bahkan ada sedikit spot di hati. Terus terang aku jadi agak dag dig dug. Ada perasaan khawatir.

Dokter mengatakan bahwa emosiku masih belum stabil, katanya aku harus lebih bisa mengendalikan emosi, pikiran supaya tidak marah, meski marah tidak diungkapkan mungkin masih ada di dalam hati. Aku diminta terapi Craniosakral, terapi ini bermanfaat untuk mengendalikan emosi, menenangkan pikiran. Dokter meminta agar pola makanku diubah menjadi full vegetarian, melarang mengkonsumsi hewani. Aku juga harus lebih banyak membaca buku untuk menata hati dan emosiku supaya lebih ridha dan ikhlas.

Aku mendapat tiga macam jamu, 3 macam kapsul yang harus diminum sebulan. Seminggu dua kali, aku menjalani terapi cranio. Pada saat terapi, aku hanya diminta tidur kemudian therapist menyalurkan energi, mungkin semacam reiki.

Selama satu bulan, aku menjadi vegan dan tidak makan gorengan (meski digoreng dengan Canola Oil sekalipun). Susu kedelai kuminum lebih dari sekali sehari. Aku sempat membeli Soymilk maker di ITC BSD jadi membuat susu kedelai hanya dalam waktu 30 menit tanpa repot.

Sebulan tepat aku memeriksakan kembali darahku. Saat itu kondisiku agak kurang baik, dadaku mulai nyeri seperti bulan lalu ditambah tulang di pangul kananku hingga lututku. Jadi aku cek darah rutin, asam urat, ureum kreatinin, SGOT SGPT, dan tentu Ca mammae (Ca 15.3).

Sebelum hasilnya aku berusaha menata hati sebaik mungkin, apapun hasilnya aku akan menerima dengan tenang.
Dan hasilnya.... eng ing eng...... hampir sempurna semua baik kecuali Ca 15.3. Wow, nilainya fantastis naik menjadi 66. Waaa apa yang salah ya.....
Ternyata pola makanku yang vegetarian itu justru malah membuat kanker makin senang. Mengapa?

Ya ini sih hanya analisaku saja, hasil patologi operasi lalu pertumbuhan kankerku dipengaruhi hormon estrogen. Selama menjadi vegan aku banyak sekali mengkonsumsi kedelai bahkan cenderung berlebihan, dari tempe, tahu, kacang edamame, susu kedelai.

Aku segera kembali memeriksakan diri ke dokter ongkologi di JBC. Dokter memintaku untuk melakukan bonescan terkait dengan keluhan sakit pada tulangku dan melakukan pemeriksaan jantung terkait dengan rencana kemoterapi baru.
Hingga kini aku belum melakukan pemeriksaan apa-apa. Justru aku kembali memeriksakan diriku ke dokter herbal di BSD. Dokter memberiku jamu tambahan dan memintaku kembali memeriksakan ca 15.3 sebulan lagi.