Hasil PET-CT Scan dan Ca 15.3

Kamis, 05 Maret 2009

Menjalani PET-CT Scan dan pemeriksaan darah tidak masalah. Yang membuat dag dig dug ketika aku harus membaca hasilnya.

Ayahku yang mengambil hasil PET-CT Scan menyerahkan berkas dan CD hasil scanning 27 Januari 2009 lalu. Aku sama sekali tidak berani membuka berkas tersebut, biar dokterku langsung yang membukanya pada saat kontrol nanti.
Jumat sore, jadwal aku kontrol di Jakarta Breast Center. Perasaan udah tidak menentu. Akhirnya tiba juga waktunya dokter membacakan hasil PET-CT Scan. Alhamdulillah tidak ada sel kanker. Subhanallah.

Ca 15.3 nya naik dari 16 ke 20. Ini yang membuatku agak khawatir. Menurut dokter selama itu masih normal, tidak menjadi masalah.
HB-ku cukup rendah 8.8, karena ferritinku (kaitan dengan zat besi) juga jauh dibawah normal (3.9 normalnya 6.9 - 200an)

Dokter memutuskan untuk menghentikan kemoterapi dan aku dianjurkan untuk mengkonsumsi Tamoplex (tamoxifen 20 mg) selama lima tahun. Selama konsumsi tamoplex, aku harus rutin kontrol ke dokter kandungan. Menurut dokter, karomah yang aku dapatkan dari Allah belum tentu datang dua kali. Karomah disini kaitannya dengan perjalanan haji desember lalu yang luar biasa. Jadi aku harus tetap ikhtiar berobat supaya sel kanker tidak datang lagi.



PET Scan kedua di Indonesia

Pengalaman drop setelah minum Xeloda November 2007 lalu, membuat dokterku memutuskan untuk menunda bahkan berpikir untuk men-stop kemoterapi yang baru kujalani 1 cycle.

Memang secara teori sih sangat tidak dianjurkan. Makanya sebelum memutuskan hal ini dokter memintaku untuk melakukan PET-CT Scan dan cek darah ca 15.3.


Ternyata sejak bulan November 2007 lalu, mesin PET-CT Scan sudah resmi beroperasi di Indonesia, tepatnya di RS Gading Pluit. Sehingga orang Indonesia tidak perlu ke singapura atau negara lain untuk PET-CT Scan.

Tanggal 23 Januari 2009, aku melakukan pemeriksaan awal. Dokter mencatat kronologis penyakit dan menyarankan agar PET-CT Scan dilakukan dalam kondisi tidak menstruasi. Berbeda dengan di Mt. Elizabeth, waktu itu aku melakukan PET Scan pada saat menstruasi dan tidak ada masalah.

Pada hari yang sama, aku melakukan pemeriksaan darah. Seperti biasa, karena petugas yang mengambil darah kurang pengalaman maka dia kesulitan waktu mengambil darah. Akhirnya begitu ganti petugas, barulah darah bisa diambil. Itupun lumayan sakit karena posisinya agak miring. Wah, darah yang diambil lumayan banyak karena pemeriksaannya banyak.

Hari selasa sekitar jam 07.00 aku diantar suami meluncur ke RS Gading Pluit. Di ruang tunggu PET-CT Scan ternyata sudah ada dua pasien lain yang dijadwalkan lebih awal dari aku. Karena masih baru beroperasi, biaya PET-CT Scan di Gading Pluit masih biaya promo yaitu 15 juta rupiah, normalnya 18 juta. Memang jauh lebih mahal bila dibandingkan CT-Scan dan MRI.

Pukul 08.30 Suster mengecek gula darahku terlebih dahulu. Alhamdulillah normal karena kalau tidak maka PET-CT Scan harus ditunda.
Setelah diperiksa oleh dokter, suster memasang jarum infus yang lumayan besar (pink) tapi sayangnya gagal, pembuluh darahku pecah. Hingga dua kali gagal, akhirnya suster menyerah dan minta tolong rekannya yang laki-laki. Akhirnya berhasil, wah kenapa nggak dari tadi aja ya, pikirku. Ya sudahlah memang sejak dikemo, venaku jadi mengeras. Jadi kalau mau ambil darah atau memasukkan jarum infus harus benar-benar orang yang ahli.

Aku diminta untuk ganti baju khusus PET-CT Scan. Aku diminta minum cairan 1 gelas dan dimasukkan radioaktif tracer melalui infus. Setelah itu aku harus tiduran di ruang khusus kira-kira 1 jam. Satu jam kemudian, aku diminta ke ruang PET-CT Scan. Setelah berbaring, petugas PET-CT Scan menyampaikan akan memasukkan cairan contrast melalui infus. Wah ternyata waktu cairan contrast mengalir, tubuhku kontan jadi terasa panas mendadak dan agak nyeri di vena, mulut juga terasa pahit, rasanya aneh. Rasanya ingin cepat selesai scanning.

Setelah selesai, aku diijinkan ganti baju dan makan di ruang khusus sambil menunggu radioaktifnya melemah. Tubuhku masih mengandung radioaktif jadi belum boleh dekat dengan orang lain, terlebih lagi balita. Yang mengherankan, waktu PET Scan di Singapura tahun lalu, tidak ada seorangpun yang menginformasikan adanya efek radioaktif setelah PET Scan. Aku dan suami malah asyik jalan-jalan berdua. Sungguh sangat disayangkan.

Setelah kira-kira 1 jam, ada seorang petugas membawa alat deteksi radioaktif. Setelah memeriksaku, aku diijinkan pulang.

Wuih akhirnya selesai juga PET-CT Scan.