Syukur

Sabtu, 04 Juli 2009

satu kata syukur... bermakna Luar biasa.

Saat saya 'jatuh' dan merasa seakan impian ini sirna, pertanyaan why me... Mengapa saya ya Allah terlintas di benak saya saat itu justru menambah penat dan kesedihan di hati.

Saya sangat tahu, saya harus ikhlas dan saya ingin mencapainya, tapi bagaimana caranya?

Inilah tips kedua setelah kita melakukan istighfar : BERSYUKUR
Bagaimana caranya bersyukur sementara pikiran kita masih dikelilingi dengan masalah demi masalah yang seakan silih berganti tak henti menempa?

Yang coba saya lakukan adalah melakukan napak tilas kehidupan saya sejak lahir hingga detik ini dan mensyukurinya.
Mulai dari membayangkan betapa beruntungnya saya karena Allah memilih saya lahir dalam keadaan sempurna ditengah-tengah keluarga yang penuh kasih sayang. Kehadiran saya ditengah keluarga yang penuh kasih sayang, bagi saya merupakan jaminan pancaran kasih sayang Allah yang tiada henti bersinar. Lalu membayangkan dan mengingat nikmat dan kebahagiaan yang saya telah terima dari waktu ke waktu....
Terima kasih ya Allah...
Dengan melakukan napak tilas ini ada aliran rasa syukur yang luar biasa yang selama ini saya sering 'lupa' dan cenderung kurang menyadarinya.

Mengapa saya bertanya why me saat Allah memilih saya sakit... Namun saya tidak pernah bertanya why me saat Allah memberikan berjuta keberuntungan untuk saya.... Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Tidak adil dan tidaklah pantas saya berpikir seperti itu....

Saat sakit pun sebenarnya Allah sedang menunjukkan kasih sayang-Nya. Allah tentu ingin meningkatkan kualitas hidup saya dan keluarga, agar selalu dekat dan mengingat-Nya. Saya hanya manusia biasa yang kadang salah mengartikan cinta-Nya.

Ya Allah, kala aku salah memaknai cinta-Mu. Ampunilah dosaku.
Terima kasih atas segala nikmat dan kasih sayang-Mu yang selalu tercurah untukku. Jika Kau minta aku menghitungnya, ku tak akan sanggup...
Jadikan aku orang yang selalu bersyukur.
.

Istighfar

Kamis, 25 Juni 2009

Saya ingin share pengalaman dan ilmu saat mengikuti prana. Saya harap sedikit catatan ini bermanfaat bagi saya juga teman-teman yang membacanya.

Pek Tjetjep, begitu beliau biasa dipanggil, adalah teman lama ayah saya. Saya sangat bersyukur karena Allah mempertemukan saya dengan beliau. Melalui beliau saya mendapat extra 'charge spiritual'.

Kunci pentingnya adalah bagaimana caranya supaya kita selalu merasa yakin keberadaan Allah. Tentu, supaya tidak terlintas pikiran 'why me' saat kita ditimpa suatu musibah.

Hal yang perlu dilakukan adalah
Pertama : Istighfar
Kadang "it's hard to say I'm sorry". Mengapa? Karena kita merasa tidak bersalah. Maka langkah awal yang dilakukan adalah napak tilas kehidupan. Cobalah mengingat dan membayangkan segala yang terjadi semenjak kecil.

1. Pernahkan selama ini kita mengabaikan perintah-Nya, melanggar larangan-Nya ?

Bayangkan dari peristiwa sehari-hari misalnya sholat. Apakah selama ini sholat kita sudah sempurna, sehingga saat sholat benar-benar 'menghadap' Allah? atau sholat hanya sebagai kewajiban karena kita takut neraka?

Bayangkan berapa kali kita 'lupa' pada Allah. Saat meninggalkan perintahnya, saat melanggar larangannya, apakah saat itu kita mengingat Allah ?
Jika kini kita menyadarinya, cobalah untuk Istighfar kepada Allah.

2. Pernahkan sengaja atau tidak kita menyakiti orang lain, terutama kedua orang tua kita?
Saya mencoba mengingat dan membayangkan betapa sabarnya kedua orang tua saya 'membesarkan' saya sejak lahir hingga kini. Mengingat apa yang pernah terjadi
selama ini, yang mungkin tanpa sengaja telah 'menyakiti' perasaan orang tua saya.
Ingat dan bayangkan, pernahkah kita menyakiti perasaan orang lain apapun alasannya?

Jika kita telah menyadarinya, cobalah minta maaf. Untuk langkah awal bayangkan bahwa kita sedang minta maaf dengan orang tersebut dan orang tersebut menerima maaf kita. Sehingga saat itu terasa ada kedamaian dan ketenangan batin.

3. Pernahkah kita merasa sakit hati bahkan menyimpan dendam pada orang lain?
Cobalah untuk memaafkan meski ini tidak mudah. Ingatlah Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang mau memaafkan, apakah kita makhluk-Nya yang 'kecil' ini pantas menyombongkan diri?
Cobalah untuk membayangkan, kita telah memaafkan mereka yang pernah berbuat salah dan ikhlaskankan dendam dan sakit hati yang pernah kita rasakan, gantilah dengan kasih sayang Allah, cahaya ilahi.

bersambung ...

Diketik di Rscm A108 04:30 am

Why me

Jumat, 19 Juni 2009

Saya ingin sedikit sharing ...

Kira2 satu setengah tahun lalu saat dokter memvonis saya Kanker stadium 3 grade 3. Bisa dibayangkan, badan saya lemas seketika, rasanya masa depan saya menjadi gelap. Saya cukup terpukul saat itu.

Butir-butir harapan dan semangat saya bangun sedikit demi sedikit. Saya mulai belajar arti kehidupan...

Ternyata ujian blm selesai. 8 Bulan setelah operasi mastektomi, saya harus menghadapi kenyataan bahwa kanker blm mau pergi bahkan menyebar ke kelenjar getah bening di leher.

Dokter yang melakukan kemo sudah menyerah, dia sendiri tidak berani membantu langkah selanjutnya.

Saat itu pun saya merasa "bingung" apa yang harus saya lakukan. Saya hanya mencoba mengikuti air mengalir.

Saya jalani radioterapi dan kemoterapi sesi 2. Hanya 1 siklus kemo ternyata membuat saya berbaring 18 hari di rumah sakit akibat diare hebat, radang usus, sariawan di seluruh mulut. Tidak ada yang saya pikirkan saat itu kecuali mencoba menerima. Dengan kondisi yang sebenarnya tidak memungkinkan, Alhamdulillah Allah masih mengijinkan saya menjadi tamu-Nya.

Pulang dari tanah suci, saya tidak berani kembali ke Dokter. Namun sebulan kemudian saya putuskan untuk periksa. PET Scan saya lakukan dan hasilnya sangat baik sehingga dokter memutuskan untuk menghentikan kemo sesi 2 dan memberi obat hormon.

Saya mulai membangun harapan, semangat. Sangat mudah bagi kita untuk membangun semangat saat kondisi dalam keadaan baik dan sehat. Saya mulai kembali kerja meski masih 1/2 hari.

Bulan April saya kembali memeriksa darah (ca 15.3) hasilnya cukup mengejutkan nilai kanker saya naik menjadi 37. Karena trauma kemo lalu membuat saya enggan segera kembali ke dokter kanker.

Saya memilih pengobatan herbal di BSD. Satu bulan menjadi Vegan ternyata tidak mencegah kanker tumbuh. Nilai kanker naik fantastis menjadi 66. Bersamaan dengan itu saya mengalami nyeri di panggul kaki kanan saya.

Karena sudah tidak tahan akan nyeri tulang tsb saya beranikan diri untuk melakukan bonescan guna memeriksa apakah ada penyebaran ke tulang.

Dalam hati saya sudah berniat untuk siap dan tegar. Tapi ternyata saat ibu saya menelpon dan mengabarkan hasil bonescan, saya kembali 'jatuh' dan terpukul. Kanker telah menyebar ke beberapa tulang dalam tubuh saya. Itulah jawaban rasa nyeri hebat yang rasakan belakangan ini.

Benak saya saat itu sangat kacau. Bahkan terlintas dipikiran saya "Why me?" Mengapa saya Ya Allah....

Ternyata saya tidak setegar yang dibayangkan...

Beberapa hari saya lalui dengan bingung, takut, gelisah dan resah. Saya ingin ikhlas ridha, tapi bagaimana caranya ? Prakteknya tidak semudah teori. Mulai membaca buku, mengikuti prana, saya bertemu beberapa orang yang memberi sedikit "pencerahan" terhadap batin saya.

Saya mencoba merenung, melakukan napak tilas kehidupan saya sejak saya lahir hingga kini.Tanpa saya sadari saya meneteskan air mata saat mengingat segala nikmat yang telah saya terima hingga kini. "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?"

Saya hanya bisa mohon ampunan-Nya. Tidaklah pantas bagi seorang Sari berpikir bahkan mengucap "Why me?"

Karena Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya dan tak pernah berhenti mencurahkan kasih sayang-Nya. Saya baru menyadari ini bagian dari kasih sayang Allah pada saya, Allah menghendaki kualitas hidup yang lebih baik untuk saya, untuk kebahagiaan yang sejati. Sayalah yang selama ini salah memaknainya.

Kini saya akan terus belajar dan belajar untuk menggapai cinta dan ridha-Nya.

Saat "dia" datang lagi

Senin, 01 Juni 2009

Akhir April lalu, aku merasa ada yang kurang nyaman terasa di tulang rusuk dada kanan. Benjolan di leher menjadi makin tampak dan agak nyeri. Terus terang ada perasaan khawatir kalau "dia" datang lagi. Sudah waktunya aku memeriksakan kembali ca 15.3.

Tanggal 25 April 2009, aku kembali memeriksakan kondisiku, cek darah rutin dan nilai kanker (CEA dan Ca 15.3). Hasilnya wuihh lebih mendebarkan daripada membuka hasil ujian sekolah.
HB-ku sudah normal bahkan sangat baik, begitu pula leukosit dan trombosit. Semua sangat baik kecuali nilai Ca 15.3 nilai naik menjadi keluar dari batas normal. Aku berusaha menenangkan diri meskipun itu tidak mudah.

Aku mendapat informasi dari sahabatku, katanya ada seorang dokter yang mendalami pengobatan herbal di BSD, banyak yang berhasil berobat disana. Aku mencari informasi di internet alamat jelas dokter tersebut. Saat itu rasanya jalanku sepertinya "diarahkan" kesana.
Kedua orang tuaku menemani berobat. Disana sudah banyak orang yang antri bahkan ada yang datang dari jam 5 pagi.

Tibalah giliranku masuk ke ruang periksa. Aku baru menjelaskan sedikit tentang riwayat penyakit dan pengobatan yang telah kujalani, dokter langsung menggunakan 2 antena yang mengarah ke tubuhku. Dengan menggunakan bantuan kedua antena itu, dia menggambar area yang "dideteksi" ada kanker. Luar biasa, dia tahu sebelum aku memberitahu lokasinya.

Yang mengejutkan menurut Dokter tersebut, kanker telah menyebar di beberapa area, di dada kanan, lengan kanan bahkan ada sedikit spot di hati. Terus terang aku jadi agak dag dig dug. Ada perasaan khawatir.

Dokter mengatakan bahwa emosiku masih belum stabil, katanya aku harus lebih bisa mengendalikan emosi, pikiran supaya tidak marah, meski marah tidak diungkapkan mungkin masih ada di dalam hati. Aku diminta terapi Craniosakral, terapi ini bermanfaat untuk mengendalikan emosi, menenangkan pikiran. Dokter meminta agar pola makanku diubah menjadi full vegetarian, melarang mengkonsumsi hewani. Aku juga harus lebih banyak membaca buku untuk menata hati dan emosiku supaya lebih ridha dan ikhlas.

Aku mendapat tiga macam jamu, 3 macam kapsul yang harus diminum sebulan. Seminggu dua kali, aku menjalani terapi cranio. Pada saat terapi, aku hanya diminta tidur kemudian therapist menyalurkan energi, mungkin semacam reiki.

Selama satu bulan, aku menjadi vegan dan tidak makan gorengan (meski digoreng dengan Canola Oil sekalipun). Susu kedelai kuminum lebih dari sekali sehari. Aku sempat membeli Soymilk maker di ITC BSD jadi membuat susu kedelai hanya dalam waktu 30 menit tanpa repot.

Sebulan tepat aku memeriksakan kembali darahku. Saat itu kondisiku agak kurang baik, dadaku mulai nyeri seperti bulan lalu ditambah tulang di pangul kananku hingga lututku. Jadi aku cek darah rutin, asam urat, ureum kreatinin, SGOT SGPT, dan tentu Ca mammae (Ca 15.3).

Sebelum hasilnya aku berusaha menata hati sebaik mungkin, apapun hasilnya aku akan menerima dengan tenang.
Dan hasilnya.... eng ing eng...... hampir sempurna semua baik kecuali Ca 15.3. Wow, nilainya fantastis naik menjadi 66. Waaa apa yang salah ya.....
Ternyata pola makanku yang vegetarian itu justru malah membuat kanker makin senang. Mengapa?

Ya ini sih hanya analisaku saja, hasil patologi operasi lalu pertumbuhan kankerku dipengaruhi hormon estrogen. Selama menjadi vegan aku banyak sekali mengkonsumsi kedelai bahkan cenderung berlebihan, dari tempe, tahu, kacang edamame, susu kedelai.

Aku segera kembali memeriksakan diri ke dokter ongkologi di JBC. Dokter memintaku untuk melakukan bonescan terkait dengan keluhan sakit pada tulangku dan melakukan pemeriksaan jantung terkait dengan rencana kemoterapi baru.
Hingga kini aku belum melakukan pemeriksaan apa-apa. Justru aku kembali memeriksakan diriku ke dokter herbal di BSD. Dokter memberiku jamu tambahan dan memintaku kembali memeriksakan ca 15.3 sebulan lagi.



Hasil PET-CT Scan dan Ca 15.3

Kamis, 05 Maret 2009

Menjalani PET-CT Scan dan pemeriksaan darah tidak masalah. Yang membuat dag dig dug ketika aku harus membaca hasilnya.

Ayahku yang mengambil hasil PET-CT Scan menyerahkan berkas dan CD hasil scanning 27 Januari 2009 lalu. Aku sama sekali tidak berani membuka berkas tersebut, biar dokterku langsung yang membukanya pada saat kontrol nanti.
Jumat sore, jadwal aku kontrol di Jakarta Breast Center. Perasaan udah tidak menentu. Akhirnya tiba juga waktunya dokter membacakan hasil PET-CT Scan. Alhamdulillah tidak ada sel kanker. Subhanallah.

Ca 15.3 nya naik dari 16 ke 20. Ini yang membuatku agak khawatir. Menurut dokter selama itu masih normal, tidak menjadi masalah.
HB-ku cukup rendah 8.8, karena ferritinku (kaitan dengan zat besi) juga jauh dibawah normal (3.9 normalnya 6.9 - 200an)

Dokter memutuskan untuk menghentikan kemoterapi dan aku dianjurkan untuk mengkonsumsi Tamoplex (tamoxifen 20 mg) selama lima tahun. Selama konsumsi tamoplex, aku harus rutin kontrol ke dokter kandungan. Menurut dokter, karomah yang aku dapatkan dari Allah belum tentu datang dua kali. Karomah disini kaitannya dengan perjalanan haji desember lalu yang luar biasa. Jadi aku harus tetap ikhtiar berobat supaya sel kanker tidak datang lagi.



PET Scan kedua di Indonesia

Pengalaman drop setelah minum Xeloda November 2007 lalu, membuat dokterku memutuskan untuk menunda bahkan berpikir untuk men-stop kemoterapi yang baru kujalani 1 cycle.

Memang secara teori sih sangat tidak dianjurkan. Makanya sebelum memutuskan hal ini dokter memintaku untuk melakukan PET-CT Scan dan cek darah ca 15.3.


Ternyata sejak bulan November 2007 lalu, mesin PET-CT Scan sudah resmi beroperasi di Indonesia, tepatnya di RS Gading Pluit. Sehingga orang Indonesia tidak perlu ke singapura atau negara lain untuk PET-CT Scan.

Tanggal 23 Januari 2009, aku melakukan pemeriksaan awal. Dokter mencatat kronologis penyakit dan menyarankan agar PET-CT Scan dilakukan dalam kondisi tidak menstruasi. Berbeda dengan di Mt. Elizabeth, waktu itu aku melakukan PET Scan pada saat menstruasi dan tidak ada masalah.

Pada hari yang sama, aku melakukan pemeriksaan darah. Seperti biasa, karena petugas yang mengambil darah kurang pengalaman maka dia kesulitan waktu mengambil darah. Akhirnya begitu ganti petugas, barulah darah bisa diambil. Itupun lumayan sakit karena posisinya agak miring. Wah, darah yang diambil lumayan banyak karena pemeriksaannya banyak.

Hari selasa sekitar jam 07.00 aku diantar suami meluncur ke RS Gading Pluit. Di ruang tunggu PET-CT Scan ternyata sudah ada dua pasien lain yang dijadwalkan lebih awal dari aku. Karena masih baru beroperasi, biaya PET-CT Scan di Gading Pluit masih biaya promo yaitu 15 juta rupiah, normalnya 18 juta. Memang jauh lebih mahal bila dibandingkan CT-Scan dan MRI.

Pukul 08.30 Suster mengecek gula darahku terlebih dahulu. Alhamdulillah normal karena kalau tidak maka PET-CT Scan harus ditunda.
Setelah diperiksa oleh dokter, suster memasang jarum infus yang lumayan besar (pink) tapi sayangnya gagal, pembuluh darahku pecah. Hingga dua kali gagal, akhirnya suster menyerah dan minta tolong rekannya yang laki-laki. Akhirnya berhasil, wah kenapa nggak dari tadi aja ya, pikirku. Ya sudahlah memang sejak dikemo, venaku jadi mengeras. Jadi kalau mau ambil darah atau memasukkan jarum infus harus benar-benar orang yang ahli.

Aku diminta untuk ganti baju khusus PET-CT Scan. Aku diminta minum cairan 1 gelas dan dimasukkan radioaktif tracer melalui infus. Setelah itu aku harus tiduran di ruang khusus kira-kira 1 jam. Satu jam kemudian, aku diminta ke ruang PET-CT Scan. Setelah berbaring, petugas PET-CT Scan menyampaikan akan memasukkan cairan contrast melalui infus. Wah ternyata waktu cairan contrast mengalir, tubuhku kontan jadi terasa panas mendadak dan agak nyeri di vena, mulut juga terasa pahit, rasanya aneh. Rasanya ingin cepat selesai scanning.

Setelah selesai, aku diijinkan ganti baju dan makan di ruang khusus sambil menunggu radioaktifnya melemah. Tubuhku masih mengandung radioaktif jadi belum boleh dekat dengan orang lain, terlebih lagi balita. Yang mengherankan, waktu PET Scan di Singapura tahun lalu, tidak ada seorangpun yang menginformasikan adanya efek radioaktif setelah PET Scan. Aku dan suami malah asyik jalan-jalan berdua. Sungguh sangat disayangkan.

Setelah kira-kira 1 jam, ada seorang petugas membawa alat deteksi radioaktif. Setelah memeriksaku, aku diijinkan pulang.

Wuih akhirnya selesai juga PET-CT Scan.



Demam Berdarah di masa radioterapi

Selasa, 03 Februari 2009

Pada hari selasa, di pertengahan oktober 2008, badanku meriang. Suhu badanku panas.
Sudah diberi obat penurun panas, namun panas hanya turun sebentar kemudian naik lagi 2 jam kemudian.
Aku menjalani pemeriksaan darah rutin, ternyata trombositku turun. Berhubung dokter spesialisku sedang ke luar negeri, aku menunda pemeriksaan hingga dokter datang.
Hari Jumat, dalam kondisi badan panas, aku kontrol ke dokter spesialisku di Jakarta Breast Center. Dokter memberiku obat penurun panas dan antibiotik.
Namun karena malamnya kondisiku tidak kunjung membaik akhirnya aku dan keluarga memutuskan untuk ke UGD RS Kramat.

Aku menjalani pemeriksaan darah rutin Pada waktu itu, suasana di UGD sangat menegangkan. Ada pasien penderita jantung yang mengalami sesak nafas. Anggota keluarganya ada yang menangis dan berteriak-teriak. Aku dan keluargaku jadi ikut tegang. Syukurlah akhirnya pasien tersebut selamat.

Hasil darah ternyata menunjukkan trombosit dan leukositku rendah. Karena aku sedang dalam masa radioterapi, maka dokter meminta pemeriksaan darah ulang untuk mengecek trombosit sekaligus anti dengue. Jadi dua kali ambil darah.
Dan hasilnya aku kena demam berdarah.

Jumat malam itu juga aku masuk ke ruang rawat inap untuk diinfus. Esoknya dokter memberitahuku bahwa Demam berdarah adalah penyakit 10 hari. Wah kalau dihitung-hitung berarti bisa-bisa aku lebaran di rumah sakit. Pasrah dan ikhlas, hanya itu yang bisa kulakukan.

Karena leukositku cukup drop, aku disuntik granocyt. Aku minum sari kurma, jus buah bit, dan air putih yang banyak. Aku tidak minum angkak karena khawatir dengan kandungan angkak yang mungkin berpengaruh terhadap pertumbuhan sel kanker.
Subhanallah Alhamdulillah Allahuakbar, hari selasa, sehari sebelum Idul Fitri, hasil pemeriksaan menunjukkan trombositku mulai naik. Pada saat visit, dokter menyampaikan kalau malam nanti membaik trombositnya maka aku boleh pulang. Rasanya senang sekali, puji syukur aku panjatkan pada Allah. Karena pertolongan Allahlah kondisiku membaik.

Benar, tepat pada malam takbiran, aku diantar bapak dan suamiku sudah boleh keluar dari RS.
Esoknya aku bisa berlebaran di rumah bersama keluarga.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin.